ANAK BERBAKAT
(Gitted Learnes)
Oleh: Achyar
Wiyaiswara PPPG Tertulis Bidang Studi IPA, Mahasiswa Pascasarjana (S2) UPI.
Wiyaiswara PPPG Tertulis Bidang Studi IPA, Mahasiswa Pascasarjana (S2) UPI.
Membahas masalah sistem pendidikan di Indonesia, kita tahu
bahwa anak usia sekolah ditempatkan secara berjenjang sesuai dengan usianya. Mulai
anak usia TK, SD, SLTP dan SMU. Kurikulum yang digunakan bersifat centralized
(terpusat), artinya kurikulum yang dipakai untuk seluruh wilayah Indonesia
secara umum sama.
Dengan keterbatasan ini, maka ada beberapa hal yang belum
tertangani dengan baik, misalnya penanganan anak berbakat. Anak berbakat perlu
dipikirkan bagaimana menanggulanginya, sehingga segala kemampuan yang ada pada
dirinya dapat tersalurkan melalui suatu lembaga pendidikan khusus. Seperti
halnya sekolah luar biasa (SLB) yang menangani anak-anak yang memiliki
kelemahan dikarenakan tidak berfungsinya salah satu bagian pada tubuhnya (tuna
netra, tuna rungu, tuna wicara dan sebagainya).
Pendidikan anak berbakat, sebagaimana halnya pendidikan pada
umumnya, hama dilihat secara sistematik meliputi program, fasilitas, guru,
masukan dan tujuan (Raka Joni, 1982). Tujuan pendidikan Indonesia tersirat
dalam cita-cita bangsa Indonesia yang telah dirumuskan dalam falsafah hidup
bangsa, yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar
1945 pasal 31 dinyatakan bahwa seluruh rakyat Indonesia berhak memperoleh
pengajaran, dan pemerintah mengusahakan dan melaksanakan satu sistem pengajaran
(pendidikan) nasional.
Berdasarkan kenyataan yang universal dan alamiah bahwa
manusia itu berbeda satu sama lain dalam berbagai hal, seperti dalam hal
intelegensi, bakat, kepribadian, kondisi jasmani dan sebagainya. Oleh karena
itu perlu dipikirkan bagaimana menangani penyaluran berbagai perbedaan ini.
Pendidikan anak berbakat merupakan bagian integrasi
pendidikan pada umumnya, dengan kekhususan memberi kesempatan maksimal bagi
anak berbakat untuk berfungsi sesuai dengan potensinya, dengan harapan bahwa
pada suatu saat anak juga akan memberi sumbangan yang maksimal bagi peningkatan
kehidupan sesuai dengan aktualisasi potensinya itu. Hal itu sesuai dengan citra
masyarakat yang kita anut dengan memperhatikan kaitan fungsional antara
individu dengan masyarakat (Raka Joni,1982).
Apa Yang Dimaksud Dengan Anak Berbakat?
a. Pengertian anak berbakat
Menurut definisi yang dikemukakan Renzuli, anak berbakat
memiliki pengertian, "Anak berbakat merupakan satu interaksi diantara tiga
sifat dasar manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan
tingkatnya di atas kemampuan rata- rata, komitmen yang tinggi terhadap
tugas'tugas dan kreativitas yang tinggi. Anak berbakat ialah anak yang memiliki
kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan
dalam setiap tindakan yang bernilai. Anak-anak yang mampu mewujudkan ketiga
sifat itu masyarakat memperoleh kesempatan pendidikan yang luas dan pelayanan
yang berbeda dengan program-program pengajaran yang reguler (Swssing, 1985).
Pengertian lain menyebutkan bahwa anak gifted adalah anak
yang mempunyai potensi unggul di atas potensi yang dimiliki oleh anak-anak
normal. Para ahli dalam bidang anak-anak gifted memiliki pandangan sama ialah
keunggulan lebih bersifat bawaan dari pada manipulasi lingkungan sesudah anak
dilahirkan.
Keunggulan lain yang telah disepakati oleh para ahli ialah
anak-anak gifted mempunyai superioritas dalam bidang akademik. Kiranya hal itu
tidak sulit untuk dimengerti, sebab salah satu syarat penting untuk meraih
prestasi akademik tertentu ialah persyaratan intelegensi.
Kepribadian memang merupakan salah satu sumbangan yang dapat
diberikan oleh anak atau orang-orang gifted. Dengan dasar kepribadian yang baik
maka akan dilahirkan pula karya-karya yang baik pula, sehingga masahat yang
diberikan menjadi lebih besar dibandingkan mudharatnya. Seperti kita ketahui
bahwa sebuah karya yang besar tentu saja akan memberikan pengaruh yang besar
pula kepada hidup dan kehidupan manusia.
b. Karaktehstik anak berbakat
ebagai mahluk sosial, anak berbakat mengalami pertumbuhan
dan perkembangan yang sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat, pemikiran, sikap dan
aktivitas anggota masyarakat yang lain. Dalam pergaulan inilah emosi mereka
merasa sedih atau bahagia.
Ditinjau dari budaya, anak berbakat mengalami pertumbuhan
dan perkembangan yang dipengaruhi tingkat kebudayaan di mana mereka memperoleh
pengalaman budaya. Selain itu faktor agama akan memberikan dasar dan norma
pribadi anak berbakat.
Untuk mengenali karakteristik anak-anak berbakat dapat
dilihat beberapa segi diantaranya sebagai berikut
1. Potensi
2. Cara menghadapi masalah
3. Kemampuan (prestasi) yang dapat dicapai.
1. Potensi
2. Cara menghadapi masalah
3. Kemampuan (prestasi) yang dapat dicapai.
1. Potensi
Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa anak-anak
berbakat memiliki potensi yang unggul. Potensi ini dapat disebabkan oleh faktor
keturunan, seperti studi yang dilakukan U. Branfenbrenner (1972) dan Scarr Salaptek
(1975) terhadap tingkat kecerdasan. U. Branfenbrenner dan Scarr Salaptek
menyatakan secara tegas bahwa sekarang tidak ada kesangsian mengenai faktor
genetika mempunyai andil yang besar terhadap kemampuan mental seseorang
(Kitano,1986).
Dilihat dari sudut ilmu pendidikan untuk menjelaskan hal
tersebut di atas, kita dapat mengikuti penjelasan dari Jane Healy. Penjelasan
itu menyatakan bahwa semua wanita harus menyadari pentingnya nutrisi yang baik
demi anak yang dikandungnya. Selain itu janin harus terhindar dari keracunan
atau pengaruh sinar x yang datang dari luar (Healy, 1978). Dari sudut proses
belajar maka faktor kesadaran seperti yang disarankan oleh Healy adalah satu
prestasi belajar yang sebelumnya melibatkan proses kompleks. Faktor intelegensi,
motivasi, emosi dan sosialisasi sangat menentukan pencapaian hasil atau
prestasi belajar dalam bentuk kesadaran.
Menurut penelitan Terman (1925) pada saat anak berbakat
dilahirkan memiliki berat badan diatas berat badan normal. Dari segifisik pada
umumnya mereka juga memiliki keunggulan seperti terlihat dari berat dan tinggi
badan, koordinasi, daya tahan tubuh dan kondisi kesehatan pada umumnya (French,
1959). Mereka juga sangat energik (Meyen, 1978) sehingga orang salah
mendiagnosa sebagai anak yang hyperactive (Swassing, 1985).
Anak-anak berbakat berkembang lebih cepat atau bahkan sangat
cepat bila dibandingkan dengan ukuran perkembangan yang normal. Bila guru
menemukan anak seperti itu maka guru dapat menduga bahwa itu anak-anak yang
berbakat. Hal ini disebabkan anak berbakat memiliki superioritas intelektual
(Gearheart, 1980), mampu dengan cepat melakukan analisis (Sunan, 1983), dan
dalam irama perkembangan kemajuan yang mantap (Swassing, 1985). Bahkan dalam
berfikir mereka sering meloncat dari urutan berfikir yang normal (Gearheart,
1980)
Selain potensi intelegensi anak-anak berbakat memiliki
keunggulan pada aspek psikologis yang lain, yaitu emosi. Menurut French (1959)
dan Gearheart (1980) anak-anak yang berbakat memiliki stabilitas emosi yang
mantap sehingga mereka akan mampu mengendalikan masalah-masalah personal
(Heward, 1980). Rasa tanggung jawab mereka sangat tinggi serta mempunyai cita
rasa humor yang tinggi pula.
Karakteristik sosial yang dimiliki anak-anak berbakat ialah
cakap mengevaluasi keterbatasan dan kelebihan yang dimiliki dirinya dan orang
lain. Sifat ini akan membuat anak berbakat, tampil bijaksana.
2. Cara menghadapi masalah
Cara menghadapi masalah disini adalah keteriibatan seluruh
aspek psikologis dan biologis setiap anak berbakat pada saat mereka berhadapan
dengan masalah tersebut. Mereka akan memilih metode, pendekatan dan alat yang
strategis sehingga diperoleh pemecahan masalah yang efisien dan efektif.
Langkah awal dapat dilihat bahwa setiap anak berbakat mempunyai keinginan yang
kuat untuk mengetahui banyak hal (Gearheart, 1980) kemudian mereka akan
melakukan ekspedisi dan eksplorasi terhadap pengukuran saja. Setelah berfikir
dengan baik maka mereka akan memunculkan hasil pemikiran dalam bentuk tingkah
laku. Tingkah laku yang dimunculkan ialah mengajukan pertanyaan-pertanyaan
secara kritis. Pertanyaan ini ditujukan pada diri sendiri atau orang lain
(sebaya atau orang dewasa).
Karakteristik yang dimiliki anak berbakat dalam menghadapi
masalah diantaranya:
a). Mereka mampu melihat hubungan permasalahan itu secara
komprehensif dan juga mengaplikasikan konsep-konsep yang kompleks dalam situasi
yang kongkrit.
b). Mereka akan terpusat pada pencapai tujuan yang ditetapkan (Gearheart, 1980)
c). Mereka suka bekerja secara independent dan membutuhkan kebebasan dalam bergerak dan bertindak
d). Mereka menyukai cara-cara baru dalam mengerjakan sesuatu dan mempunyai ntens untuk berkreasi (Meyen, 1978)
b). Mereka akan terpusat pada pencapai tujuan yang ditetapkan (Gearheart, 1980)
c). Mereka suka bekerja secara independent dan membutuhkan kebebasan dalam bergerak dan bertindak
d). Mereka menyukai cara-cara baru dalam mengerjakan sesuatu dan mempunyai ntens untuk berkreasi (Meyen, 1978)
3. Prestasi
Prestasi anak berbakat dapat ditinjau dari segi fisik,
psikologis, akademik dan sosial. Prestasi fisik yang dapat dicapai oleh
anak-anak berbakat ialah mereka memiliki daya tahan tubuh yang prima serta
koordinasi gerak fisik yang harmonis (French, 1959).
Anak berbakat mampu berjalan dan berbicara lebih awal
dibandingkan dengan masa berjalan anak-anak normal (Swanson, 1979).
Secara psikologis anak berbakat memiliki kemampuan emosi
yang unggul dan secara sosial pada umumnya mereka adalah anak-anak yang populer
serta lebih mudah diterima (Gearheart, Heward,1980).
Berdasarkan prestasi akademik, anak berbakat pada dasarnya
memiliki sistem syaraf pusat (otak dan spinal cord) yang prima. Oleh karena itu
anak-anak berbakat dapat mencapai tingkat kognitif yang tinggi. Menurut Bloom
kognitif tingkat tinggi meliputi berfikir aplikasi, analisis, sintesis,
evaluasi dan kognitif tingkat rendah terdiri dari berfikir mengetahui dan
komprehensif.
Dalam usia yang lebih muda dari anak-anak normal, anak-anak
berbakat sudah mampu membaca dan kemampuan ini berkembang terus secara
konsisten (Swassing, 1985, French, 1959). Mereka mampu menggunakan
perbendaharaan kata yang sudah maju (Ingram, 1983).
Selain memiliki keunggulan-keunggulan diatas anak-anak
berbakat mempunyai karakteristik negatif diantaranya (menurut Swassing):
1. Mampu mengaktualisasikan pernyataan secara fisik
berdasarkan pemahaman pengetahuan yang sedikit
2. Dapat mendominasi diskusi
3. Tidak sabar untuk segera maju ke tingkat berikutnya
4. Sukaribut
5. Memilih kegiatan membaca dari pada berparfsipasi aktifdalam kegiatan masyarakat, atau kegiatan fisik
6. Suka melawan aturan, petunjuk-petunjuk atau prosedur tertentu
7. Jika memimpin diskusi akan membawa situasi diskusi ke situasi yang harus selalu tuntas.
8. Frustasi disebabkan tidak jalannya aktivitas sehari-hari
9. Menjadi bosan karena banyak hal yang diulang-ulang
10. Menggunakan humor untuk memanipulasi sesuatu
11.Melawan jadwal yang (hanya) didasarkan atas pertimbangan waktu saja bukan atas pertimbangan tugas
12. Mungkin akan kehilangan interns dengan cepat.
2. Dapat mendominasi diskusi
3. Tidak sabar untuk segera maju ke tingkat berikutnya
4. Sukaribut
5. Memilih kegiatan membaca dari pada berparfsipasi aktifdalam kegiatan masyarakat, atau kegiatan fisik
6. Suka melawan aturan, petunjuk-petunjuk atau prosedur tertentu
7. Jika memimpin diskusi akan membawa situasi diskusi ke situasi yang harus selalu tuntas.
8. Frustasi disebabkan tidak jalannya aktivitas sehari-hari
9. Menjadi bosan karena banyak hal yang diulang-ulang
10. Menggunakan humor untuk memanipulasi sesuatu
11.Melawan jadwal yang (hanya) didasarkan atas pertimbangan waktu saja bukan atas pertimbangan tugas
12. Mungkin akan kehilangan interns dengan cepat.
Bagaimana Menangani Anak Berbakat ?
Kemampuan dasar atau bakat luar biasa yang dimiliki seorang
anak memerlukan serangkaian perangsang (stimulasi) yang sistematis, terencana
dan terjadwal agar apa yang ada, yang dimiliki menjadi aktual dan berfungsi
sebaik-baiknya. Membiarkan seorang anak berkembang sesuai dengan azas
kematangan saja akan menyebabkan perkembangan menjadi tidak sempurna dan
bakat-bakat luar biasa yang sebetulnya memiliki potensi yang dapat dikembangkan
menjadi tidak berfungsi.
Peran lingkungan sebagai pemicu rangsang sangat besar dalam
ikut menentukan sampai di mana tahapan, terealitas dan hasil akhir dari suatu
perkembangan dicapai.
Pendidikan khusus yang direncanakan diberikan kepada
anak-anak khusus (anak berbakat luar biasa), jelas mempunyai tujuan
mengaktualisasikan seluruh potensi yang dimiliki seorang anak agar bisa
mencapai prestasi yang luar biasa, sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
pendidik, masyarakat dan pemerintah.
Dalam usaha mempengaruhi perkembangan anak untuk
mengaktualisasikan seluruh potensi yang dimiliki agar berfungsi secara optimal
terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar mencapai hasil yang
diharapkan, ialah :
a. Faktor yang ada pada anak itu sendiri, yaitu mengenal
anak. Mengenali dalam arti mengetahui semua ciri khusus yang ada pada anak
secara obyektif. Dalam usaha memberikan pendidikan khusus kepada anak berbakat
perlu terlebih dahulu membedakan beberapa pengertian, yakni:
1) Berbakat luar biasa pada fungsi-fungsi yang berhubungan dengan proses informasi (kognitif) dan karena itu mempengaruhi aspek-aspek lain.
2) Berbakat luar biasa hanya pada salah satu atau beberapa aspek, bisa mengenai aspek kognitif atau aspek yang berhubungan dengan keterampilan-keterampilan khusus. Sedangkan aspek-aspek lain secara umum tergolong biasa saja.
1) Berbakat luar biasa pada fungsi-fungsi yang berhubungan dengan proses informasi (kognitif) dan karena itu mempengaruhi aspek-aspek lain.
2) Berbakat luar biasa hanya pada salah satu atau beberapa aspek, bisa mengenai aspek kognitif atau aspek yang berhubungan dengan keterampilan-keterampilan khusus. Sedangkan aspek-aspek lain secara umum tergolong biasa saja.
b. Faktor kurikulum yang meliputi:
1) Isi dan cara pelaksanaan yang disesuaikan dengan keadaan
anak (Child centered) dan dengan sendirinya telah dilakukan identifikasi
mengenai keadaan khusus yang ada pada anak secara obyektif.
2) Perlu ditekankan bahwa kurikulum pada pendidikan khusus hendaknya tidak terlepas dari kurikulum dasar yang diberikan untuk anak lain, Perbedaan hanya terletak pada penekanan dan penambahan sesuatu bidang sesuai dengan kebutuhannya dan tetap terpadu dengan kurikulum dasar.
3) Kurikulum khusus diarahkan agar perangsangan yang diberikan mempunyai pengaruh untuk menambah atau memperkaya program (enrichment program) dan tidak semata-mata untuk mempercepat (accelerate) berfungsi sesuai bakat luar biasa yang dimiliki.
4) Isi kurikulum hams mengarah .pada perkembangan kemampuan anak yang berorientasi inovatif dan tidak reproduktif serta berorientasi untuk mencapai sesuatu dan tidak hanya sekedar memunculkan apa yang dimiliki tanpa dilatih menjadi kreatif.
2) Perlu ditekankan bahwa kurikulum pada pendidikan khusus hendaknya tidak terlepas dari kurikulum dasar yang diberikan untuk anak lain, Perbedaan hanya terletak pada penekanan dan penambahan sesuatu bidang sesuai dengan kebutuhannya dan tetap terpadu dengan kurikulum dasar.
3) Kurikulum khusus diarahkan agar perangsangan yang diberikan mempunyai pengaruh untuk menambah atau memperkaya program (enrichment program) dan tidak semata-mata untuk mempercepat (accelerate) berfungsi sesuai bakat luar biasa yang dimiliki.
4) Isi kurikulum hams mengarah .pada perkembangan kemampuan anak yang berorientasi inovatif dan tidak reproduktif serta berorientasi untuk mencapai sesuatu dan tidak hanya sekedar memunculkan apa yang dimiliki tanpa dilatih menjadi kreatif.
Kreativitas yang diarahkan agar tertanam sikap hidup yang
mau mengabdi, melayani dan mengamalkan pengetahuannya untuk kemajuan mesyarakat
bangsa dan negara.
Pelaksanaan pendidikan anak berbakat
a. Percepatan (akselerasi) Ada 2 cara melaksanakan
percepatan ini yakni:
1) Meloncatkan anak pada kelas-kelas yang lebih tinggi (skipping).
Sesuai dengan keadaannya di mana usia mental (mental age) pada anak berbakat lebih tinggi dari usia sebenarnya (cronological age), maka mudah timbul perasaan tidak puas belajar bersama dengan anak-anak lain seumurnya. Meskipun banyak aspek perkembangan lain pada anak ternyata memang lebih maju dari pada anak-anak seumurnya, misalnya aspek sosial, akan tetapi cara percepatan dengan meloncatkan anak pada kelas-kelas yang yang lebih 'tinggi dianggap kurang baik, antara lain karena mempermudah timbulnya' masalah-masalah penyesuaian, baik disekolah, di rumah maupun di lingkungan sosialnya. Kecuali norma yang dipakai adalah norma dari kelas tinggi, yang belum tentu sesuai seluruhnya bagi anak karena norma yang diikuti bukan norma dari anak berbakat itu sendiri.
1) Meloncatkan anak pada kelas-kelas yang lebih tinggi (skipping).
Sesuai dengan keadaannya di mana usia mental (mental age) pada anak berbakat lebih tinggi dari usia sebenarnya (cronological age), maka mudah timbul perasaan tidak puas belajar bersama dengan anak-anak lain seumurnya. Meskipun banyak aspek perkembangan lain pada anak ternyata memang lebih maju dari pada anak-anak seumurnya, misalnya aspek sosial, akan tetapi cara percepatan dengan meloncatkan anak pada kelas-kelas yang yang lebih 'tinggi dianggap kurang baik, antara lain karena mempermudah timbulnya' masalah-masalah penyesuaian, baik disekolah, di rumah maupun di lingkungan sosialnya. Kecuali norma yang dipakai adalah norma dari kelas tinggi, yang belum tentu sesuai seluruhnya bagi anak karena norma yang diikuti bukan norma dari anak berbakat itu sendiri.
Percepatan yang diberikan kepada anak berbakat untuk
menyelesaikan bahan pelajaran dalam waktu yang lebih singkat sesuai dengan
kemampuannya yang istimewa.
Cara seperti ini oleh Samuel A. Klik dan James Gallagher disebut
sebagai "telescoping grades", Sebenarnya cara ini tergolong cara yang
baik karena diberikan dan diselesaikan ditentukan oleh keadaan, kebutuhan dan
kemampuan anak itu sendiri.
Kesulitannya ialah pengaturan administrasi sekolah yang
meliputi pengaturan-pengaturan tenaga pengajaran karena hams memberikan
pelajaran secara individual kepada anak. Pada anak sendiri dikhawatirkan oleh
para ahli akan timbul kesulitan dalam penyesuaian diri, baik sosial maupun
emosional karena terbatasnya hubungan-hubungan sosial dengan teman-teman
sebayanya.
b. Pendidikan dalam kelompok khusus (special grouping
segregation)
Ada beberapa kemungkinan untuk melaksanakan ini, yakni:
Ada beberapa kemungkinan untuk melaksanakan ini, yakni:
1) Model A
Kelas biasa penuh ditambah kelas khusus (mini). Cara ini bisa dilakukan disetiap sekolahkarena anak berbakat mengikuti secara penuh acara di sekolah dan setelah itu memperoleh pelajaran tambahan dalam kelas khusus.
Kelas biasa penuh ditambah kelas khusus (mini). Cara ini bisa dilakukan disetiap sekolahkarena anak berbakat mengikuti secara penuh acara di sekolah dan setelah itu memperoleh pelajaran tambahan dalam kelas khusus.
Waktu belajarnya bertambah dan mata pelajaran dasar atau
yang berhubungan dengan kemampuan khusus (misalnyamatematika) ditambah.kerugian
pada anak ialah :
a) Berkurangnya waktu untuk melakukan kegiatan lain yang
diperlukan untuk memperkembangkan aspek kepribadiannya, misalnya pergaulan,
olah raga dan kesenian.
b) Pada waktu anak mengikuti kelas biasa, ia merasa bosan dan pada anak-anak yang masih kecil, kemungkinan mengganggu teman-temannya bertambah.
c) Di kelas biasa anak tidak terlatih bersaing dan bekerja keras untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
b) Pada waktu anak mengikuti kelas biasa, ia merasa bosan dan pada anak-anak yang masih kecil, kemungkinan mengganggu teman-temannya bertambah.
c) Di kelas biasa anak tidak terlatih bersaing dan bekerja keras untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
2) Model B
Pada model ini anak mengikuti kelas biasa tetapi tidak seluruhnya (bisa 75%, 60%, 50%) dan ditambah dengan mengikuti kelas khusus.
Pada model ini anak mengikuti kelas biasa tetapi tidak seluruhnya (bisa 75%, 60%, 50%) dan ditambah dengan mengikuti kelas khusus.
Jumlah jam pelajaran tetap dan hal ini menguntungkan anak
sehingga ia masih mempunyai waktu untuk melakukan dalam mengembangkan
aspek-aspek kepribadiannya.
Keuntungan lain ialah jumlah jam belajar. yang cukup lama di
kelas khusus (meskipun mungkin kelas mini) masih memperoleh kesempatan bersaing
dengan teman-teman yangmempunyai potensi berbeda.
Kerugian pada anak sendiri ialah seperti pada model A yakni
ketika berada di kelas bisatumbuh perasaan bosan dan mungkin mengganggu semua
mata pelajaran adalahmudah akibat mudah tumbuhnya perasaan sombong dan terlalu
percaya diri.
3) Model C
Pada model ini semua anak berbakat dimasukan dalam kelas secara penuh. Kurikulum dibuat secara khusus demikian pula guru-gurunya. Keuntungan pada model ini ialah mudah mengatur pelaksanaannya dan pada murid sendiri merasa ada persaingan dengan teman-temannya yang seimbang kemampuannya dan jumlah pelajaran serta kecepatan dalam menyelesaikan suatu mata pelajaran bisa disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan anak. Kerugian akan terjadi pada anak-anak normal yang sebaya, sehinga proses sosialisasi di sekolah menjadi berkurang. Perlakuan istimewa oleh pihak sekolah dan guru-guru mudah menimbulkan perasaan harga diri yang berlebihan (superiority Complex) Karena dalam kenyataannya ia berada dalam kelas yang eksklusif.
Pada model ini semua anak berbakat dimasukan dalam kelas secara penuh. Kurikulum dibuat secara khusus demikian pula guru-gurunya. Keuntungan pada model ini ialah mudah mengatur pelaksanaannya dan pada murid sendiri merasa ada persaingan dengan teman-temannya yang seimbang kemampuannya dan jumlah pelajaran serta kecepatan dalam menyelesaikan suatu mata pelajaran bisa disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan anak. Kerugian akan terjadi pada anak-anak normal yang sebaya, sehinga proses sosialisasi di sekolah menjadi berkurang. Perlakuan istimewa oleh pihak sekolah dan guru-guru mudah menimbulkan perasaan harga diri yang berlebihan (superiority Complex) Karena dalam kenyataannya ia berada dalam kelas yang eksklusif.
4) Model D
Pada model ini, merupakan sekolah khusus yang hanya mendidik anak berbakat. Dari sudut administrasi sekolah jelas mudah diatur. Tapi dari sudut anak banyak kerugiannya karena dengan mengikuti pendidikan sekolah khusus, anak terlempar jauh dari lingkungan sosialnya dan menjadi anggota kelompok sosial khusus dan istimewa. Perkembangan aspek kepribadian sangat mengkhawatirkan karena kurangnya kemungkinan untuk mendefinisasikan aspek-aspek kepribadian seluas-luasnya. Dalam hal ini bisa dicapai melalui pergaulan yang luas dan bervariasi, nilai sebagai anggota masyarakat, ia akan mudah merasa sebagai anggota masyarakat dengan kelas dan tingkatan tersendiri dan sulit menyesuaikan diri.
Pada model ini, merupakan sekolah khusus yang hanya mendidik anak berbakat. Dari sudut administrasi sekolah jelas mudah diatur. Tapi dari sudut anak banyak kerugiannya karena dengan mengikuti pendidikan sekolah khusus, anak terlempar jauh dari lingkungan sosialnya dan menjadi anggota kelompok sosial khusus dan istimewa. Perkembangan aspek kepribadian sangat mengkhawatirkan karena kurangnya kemungkinan untuk mendefinisasikan aspek-aspek kepribadian seluas-luasnya. Dalam hal ini bisa dicapai melalui pergaulan yang luas dan bervariasi, nilai sebagai anggota masyarakat, ia akan mudah merasa sebagai anggota masyarakat dengan kelas dan tingkatan tersendiri dan sulit menyesuaikan diri.
Beberapa kegiatan dalam implementasi kurikulum bidang studi
tertentu.
Beberapa kegiatan khusus akan diuraikan secara kongkrit
sebagai sampel (contoh-contoh) program dalam menjalankan kurikulum anak
berbakat di SD.
a. Membaca
Mata pelajaran yang paling mudah dipenuhi dan paling banyak
manfaatnya adalah memberikan bacaan-bacaan yang sangat berguna dan memberikan
pendalaman tentang masalah yang diminatinya.
Seandainya sekolah tidak mempunyai perpustakaan, maka materi
dapat diambil dari perpustakaan lembaga lain. Selain itu pemberian bacaan itu
dapat dibarengi dengan tugas memberikan komentar dan catatan tentang buku
tersebut. Juga "display" tentang materi bacaan yang dikumpulkan dari
surat kabar, majalah atau sumber lain. (clipping) tentang topik-topik yang lagi
"hangat" dibicarakan di sekolah atau masyarakat banyak membantu.
Meskipun anak berbakat gemar membaca, tidak semua masalah dijangkau oleh
minatnya. Pengarahan terhadap topik-topik yang relevan perlu diperhatikan gurunya.
Demikian pula majalah yang tidak merusak pembentukan kepribadiannya merupakan
masalah cukup penting. Pengarahan terhadap catatan, komentar, sugesti yang
bagaimana harus diberikan anak berbakat terhadap bacaan berasal dari guru,
umpamanya diarahkan; sesudah selesai membaca, beritahu karakter mana yang
paling kau sukai atau kagumi dan mengapa ?. Tokoh mana yang paling tidak di
sukai dan mengapa ?. Apakah dalam buku itu ada deskripsi Jelas tentang
pribadinya secara nyata atau hanya disimpulkan dari kejadian-kejadian yang
diceritakan. Moral apa yang terkandung dalam buku tersebut. Pengayaan melalui
pelajaran membaca dapat juga dilaksanakan dalam kelompok kecil untuk memperoleh
"interaksi yang hidup" dengan teman sebaya.
b. Menulis Kreatif (mengarang)
Kehidupan imaginasi anak berbakat biasanya sangat aktif dan
mengarang merupakan sesuatu yang biasanya gemar dilakukannya. Namun ada anak
berbakat yang cenderung minatnya ke ilmu pengetahuan alam (I PA) kadang
memperoleh kesukaran dalam menyatakan dirinya, meskipun ide-ide dirinya banyak.
Mengarang adalah suatu sarana yang dalam memperoleh
keterampilan menyatakan dirinya.
Kebimbangan memilih judul yang sesuai dapat dipancing dan
diarahkan melalui.
1) Gambar seseorang atau sesuatu yang diperhatikan
2) "Passage" dalam bacaan seperti "Penerbang roket mengambil tempat duduknya dalam kapsul, menunggu tanda keberangkatannya .
2) "Passage" dalam bacaan seperti "Penerbang roket mengambil tempat duduknya dalam kapsul, menunggu tanda keberangkatannya .
c. Ilmu Pengetahuan Sosial
Pelajaran Sejarah, Pendidikan Kewarga-negaraan (PPKn), dan
Ilmu Bumi dapat dikaitkan dengan membaca dan mempelajari berbagai tajuk sejarah
maupun ilmu bumi melalui berbagai bacaan.Integrasi dari kedua bacaan ini
memungkinkan pendalaman suatu penguasaan yang kongkrit dalam kaitan dengan
kedua pelajaran tersebut. Juga menyuruh anak berbakat menemui beberapa tokoh
tua di tempat tinggalnya untuk menanyakan peranan dalam perang kemerdekaan
kita, dan memungkinkan kaitannya dengan PPKn. Suatu pameran tentang mata uang
logam kuno dari negeri sendiri atau negara lain, tata cara pakaian, alat perang
dan benda lain dari masa lalu serta pembangunan kini dapat menghidupkan
sejarah, ilmu bumi dan PPKn secara integral.
Kejadian aktual seperti perjuangan bangsa Asia dan Afrika,
perubahan dalam sistem transportasi, penemuan baru seperti "concorde"
dan sebagainya, dengan sendirinya merupakan hal-hal yang akan sangatmenumbuhkan
motivasi belajaranak berbakat.
Mata pelajaran lain seperti politik, ekonomi, antropologi
sosiologi dan psikologi dapat diberikan secara ilmiah populer. Umpamanya
masalah "Intel-group relation" adalah suatu topik yang dapat
diperdalam dalam menggunting surat kabar atau majalah mengenai contoh konflik
ada atau kerjasama dari kelompok tertentu. Demikian juga kejadian aktual
seperti pemilu merupakan permasalahan politik yang dapat dijelaskan dalam
kaitan dengan pemerintah. Suatu aktivitas longitudinal dalam hubungan
denganekonomi adalah investasi dalam bidang bisnis yang berhubungan dengan
usaha sekolah.
Demikian juga suatu masalah antropologi perlu dijelaskan
melalui ensiklopedi, misalnya karakteristik mana dalam masyarakat kita yang
bersifat universal?
d. IPA dan Pendidikan Kesehatan
Keterampilan proses (proses skills) dalam IPA pada akhir
abad ini telah digalakan sebagai metodologi IPA yang membantu anak didik
mengaitkan IPA dengan dasar kehidupan. Dalam memecahkan masalah IPA bukan lagi
menghapal hukum dan aksioma saja, tetapi pengembangan aktivitas dan eksperimen
yang membantu anak didik memperoleh keterampilan mengamati, mengelola,
meramalkan suatu gejala serta menilai proses tersebut. Dalam hubungan dengan
ini berbagai lomba ilmiah dapat diselenggarakan, atau mengadakan seminar para
ahli di bidang IPA dan Kesehatan.
e. Matematika
Untuk mencari jalan terpendek atau termudah dalam
menyelesaikan suatu soal matematika patut dilakukan anak berbakat. Pemahaman
terhadap hubungan angka dengan membandingkan berbagai metode perkalian,
pengurangan atau penambahan merupakan sesuatu yang menarik anak berbakat.
Persoalan matematika yang dikaitkan dengan cerita akan sangat melatih
keterampilannya.
Demikian pula teka-teki angka akan banyak memberi kesempatan
melatih keluwesan kemampuan berhitung.
f. Kesenian dan Bahasa
Kreativitas anak berbakat dalam berbagai jenis kesenian
dapat kesempatan berkembang dan mudah dikaitkan dengan perkembangan bahasa
(umpama drama, deklamasi), Tetapi ada juga kegiatan kesenian yang secara khusus
memperkaya perkembangan kesenian tertentu, seperti musik (band sekolah),
melukis, membatik dan lain-lain. Kreativitas merupakan satu ciri khas dari anak
berbakat. Kreativitas dapat diarahkan melalui berbagai kegiatan positif dan menantang.
g. Metode belajardan guru
Metode belajar yang paling cocok untuk anak berbakat adalah
belajar melalui kelompok kecil atau individual. Bila anak berbakat harus
belajar dalam kelas besar, maka prinsip pendekatan full-out enrichment dan
akselerasi harus menjadi dasar untuk pengembangan pada perbedaan potensinya.
Beberapa persyaratan yang diperlukan guru ialah guru harus seseorang yang
memiliki intelegensi tinggi dan mempunyai minat luas dalam berbagai bidang.
Minat guru yang ada harus dapat disampaikan dengan baik yang dimiliki orang
lain. Keinginan guru belajar mendalami ilmu bersama murid terus menerus
merupakan syarat lain yang harus dipenuhi guru anak berbakat.
Bagaimana Pendidikan anak Berbakat dalam Konteks Pendidikan
Indonesia
Pembinaan bakat dan prestasi berkualitas tinggi penting bagi
kelangsungan hidup serta kejayaan bangsa. Hal ini berarti bahwa pendidikan anak
berbakat harus berangkat dari landasan konseptual filisofis yang sama untuk
digunakan dalam pendidikan biasa. Sebagaimana halnya dengan anak-anak yang
mengalami hambatan (handicap) anak berbakat perlu mendapat layanan yang berbeda
dari yang diberikan kepada anak-anak. pada umumnya untuk memungkinkan mereka
mewujudkan potensinya secara maksimal.
Di Indonesia sampai saat ini layanan khusus untuk anak-anak
berbakat yang dimaksud praktis belum ada, meskipun pemikiran ke arah itu telah
pernah dirintis, salah satunya pemberian beasiswa (T. Raka Joni,1982).
Tinjauan sekilas di sejumlah negara lain memberikan gambaran
yang tidak terlalu jauh berbeda, perhatian jauh lebih banyak ditujukan kepada
anak-anak yang mengalami hambatan, bukan kepada anak-anak berbakat istimewa.
Dan apabila kita ingin mulai merintis layanan khusus yang dimaksud, maka
seharusnya kerangka acuan dengan wawasan ke pendidikan yang lebih luas, perlu
dimantapkan terlebih dahulu, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar
seperti berikut ini
1) Apakah yang dimaksud dengan bakat (istimewa) itu Apa
bidang-bidangnya, dan bagaimana diungkapkannya?
2) Untuk apa, baik dilihat dari segi individu maupun dari segi pemerintah dan masyarakat, bakat-bakat istimewa tersebut terbina?
3) Bagaimana pembuatan bakat yang dimaksud dilaksanakan? Perlukah dilakukan penetapan urutan prioritas? Apa isi program pembinaannya dan apa pula persyaratan sarana, prasarana serta personelnya? Bagaimana program tersebut diorganisasikan serta diadministrasikan sehingga dapat tercapai tujuan dengan efektiftetapi efisien?
4) Bagaimana kita bisa tahu bahwa prediksi prestasi berkualitas tinggi yang dibuat itu efektif? Bagaimana kita tahu bahwa program pembinaan bakat istimewa itu berhasil? Apa indikator keberhasilannya?
2) Untuk apa, baik dilihat dari segi individu maupun dari segi pemerintah dan masyarakat, bakat-bakat istimewa tersebut terbina?
3) Bagaimana pembuatan bakat yang dimaksud dilaksanakan? Perlukah dilakukan penetapan urutan prioritas? Apa isi program pembinaannya dan apa pula persyaratan sarana, prasarana serta personelnya? Bagaimana program tersebut diorganisasikan serta diadministrasikan sehingga dapat tercapai tujuan dengan efektiftetapi efisien?
4) Bagaimana kita bisa tahu bahwa prediksi prestasi berkualitas tinggi yang dibuat itu efektif? Bagaimana kita tahu bahwa program pembinaan bakat istimewa itu berhasil? Apa indikator keberhasilannya?
Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut,
mudah-mudahan pemikiran untuk mewujudkan lembaga pendidikan anak berbakat bisa
terwujud. Tentu saja disesuaikan dengan kondisi yang ada di masyarakat dan
pemerintah Indonesia. Demikianlah uraian yang menggambarkan anak berbakat,
mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.
Daftar Pustaka
N.L. Gagne dan DC. Berliner. 1979. Educational
Psycology. Chichago, Illionis; Randa Me. Nally
T.E. Newland, 1976. The Gifted in Socio - Educational
Perspective.
Englewood Cliffs, N.J. Prentice Hall.
T. Raka Joni, 1973. "Creativity : A. Review of Selected
Literature. "Dalam kumpulan karangan ilmiah, sen 2, Malang: I KIP Malang.
S.C. Utami Munandar. 1972. Bunga rampai anak-anak berbakat
pembinaan dan pendidikannya, Jakarta. P.T. Raja Grafindo Persada.
Moch. Soleh. Y.A. Ichrom. 1988. Persfektif pendidikan anak
Gifted.
Jakarta: Depdikbud.
0 komentar: