GEMBIRA MENGENAL ANGKA

Senangnya kalau si batita ternyata sudah mengenal nama-nama angka, meskipun terkadang ucapannya masih tidak jelas dan terbolak-balik urutannya. “Satu, dua, tiga, lima, tujuh,” dan seterusnya.
Dengan kemampuan yang berhasil ditunjukkannya, boleh saja kita beranggapan bahwa si batita tergolong cerdas. Memang cukup beralasan, tapi sayangnya kemampuan itu sering tidak dibarengi dengan stimulasi yang tepat.
Sebenarnya, menurut psikolog Anna Surti Ariani, Psi., dari Jagadnita Consulting Services, meskipun anak batita sudah bisa mengucapkan angka dari 1 sampai 10, misalnya, belum tentu ia paham, baik simbol maupun urutannya. Kemampuan itu didapatnya dari pengaruh luar, misalnya dari mencontoh atau tanpa sadar orang tua sudah memperkenalkannya.
Namun untuk sekadar memperkenalkan angka, lanjut Nina, tidak ada batasan kapan boleh diperkenalkan. “Boleh saja diperkenalkan sejak bayi, bahkan sejak masih dalam kandungan. Asalkan kita tidak menuntut anak memahami atau menghafal apa yang kita kenalkan itu.”
PILIH CARA INFORMAL
Ketika ingin memperkenalkannya, menurut Nina, kita perlu melihat kemampuan anak. Apakah dia memang sudah bisa berinteraksi dengan baik atau tidak. Namun, yang jelas, pilihlah cara yang tidak formal dan tidak menekankan, di antaranya:
* Kenalkan sambil bermain
Tekniknya sangat sederhana, ketika sedang bermain di atas tempat tidur misalnya, ada dua bantal, kita bisa menggunakan dua bantal itu sebagai media. “Coba kita hitung, ada berapa bantal di atas tempat tidur kamu, satu… dua… di tempat tidur ada dua bantal.”
Ketika di ruang bermain ada boneka, bola, atau mainan lain, kita bisa menggunakan media tersebut sebagai sarana belajar. Ajak anak untuk menghitung jumlah boneka yang ada. “Lihat, bonekanya ada satu. Tapi bolanya ada dua, satu… dua…,” atau, “Ada tiga bebek-bebekan, satu… dua… tiga…” Secara perlahan, angka-angka tersebut akan masuk ke dalam pikiran anak, selanjutnya anak mulai kenal dengan proses penghitungan. Pokoknya, banyak cara yang bisa kita manfaatkan untuk mengajarkan anak konsep bilangan.
* Kenalkan sambil bernyanyi
Kita bisa mengajak anak bernyanyi sambil memperkenalkan angka. Dengan bernyanyi anak bisa lebih dekat dengan sesuatu yang baru. Umpamanya, ibu bernyanyi, “Satu-satu aku sayang ibu, dua-dua juga sayang ayah, tiga-tiga sayang adik-kakak…dan seterusnya.” Nyanyian ini, menurut Nina, merupakan pelajaran untuk memperkenalkan anak terhadap bilangan dan urutan. Angka satu, dua, kemudian tiga.
Lagu lain yang bisa digunakan misalnya, “Dua mata saya, hidung saya satu.” Lagu ini mengajarkan anak mengenai konsep jumlah.
Lagu lain yang pemahamannya lebih kompleks, misalnya lagu, “Satu ditambah satu sama dengan dua, dua ditambah dua sama dengan empat.” Selain pengenalan angka, dalam lagu ini juga diperkenalkan penjumlahan. Penjumlahan mungkin tidak dipahami anak batita, tetapi kalau sekadar pengenalan tak apa diberikan.
* Kenalkan dengan konkret
Karena taraf pemikiran anak masih konkret, terkadang diperlukan media gambar untuk memperlihatkan bentuknya. Jika angka disajikan dalam bentuk menarik, berukuran besar, tertera dalam permainan balok/puzzle, terpampang di aneka perlengkapan bayi, atau di karpet bermainnya, sangat mudah membuatnya lebih memperhatikan.
Pada intinya, pengenalan jangan dilakukan secara formal karena si batita belum bisa berkonsentrasi dalam waktu lama. Sifat formal ini hanya akan membuat anak bosan, sehingga sulit diajak bekerja sama.
* Jangan terlalu rumit
Jangan mengenalkan terlalu banyak angka, cukup satu per satu. Misalnya kenalkan angka 1 dengan 1 jari telunjuk, atau dengan gambar 1 bebek, atau dengan mengucapkan bahwa ada 1 bantal. Jangan langsung mengenalkan angka 10 dengan menunjukkan 10 jari, 10 gambar bebek, atau 10 bantal yang berjejer. “Kita harus memahami bahwa anak belum bisa memahami konsep yang agak rumit.”
Bila kita ingin mengenalkan beberapa simbol angka, berikan jeda sesaat setiap tahapnya sebelum berlanjut ke angka berikutnya. Ketika anak ingin bermain di sela-sela waktu tersebut, jangan dilarang, biarkan saja asalkan kita bisa mengajaknya kembali ke fokus semula.
* Jangan memaksa
Tindakan pemaksaan sangat tidak dianjurkan. Ketika ingin memperkenalkannya, biarkan anak memahami dengan kemampuannya sendiri.
Ulangi pengenalan ini di kesempatan yang lain. Begitu seterusnya. Ingat, proses pemahaman anak belum bisa konsisten. Bila sekarang anak kenal angka 5, belum tentu begitu esok harinya.
* Jangan memberi cap negatif
Bila anak salah mengulangi perkataan yang kita minta, jangan memarahi apalagi memberi cap yang negatif. Luruskan jawabannya dengan mengatakan yang sebenarnya. “Lo, kok, gelasnya hanya satu, coba hitung, satu, dua, tiga. Gelasnya ada tiga,” misalnya.
Cap negatif seperti bodoh, jelek, bego, akan mendorong anak untuk membentuk konsep negatif terhadap dirinya. Bahkan bisa jadi dia malah tidak bersemangat untuk melanjutkannya. Ciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan ketika kita berusaha mengenalkan angka.
* Pilih waktu kondusif
Ketika anak sedang asyik bermain balok, misalnya, maka jangan memintanya untuk mengalihkan perhatian ke hal lain, seperti boneka yang sedang kita pegang lalu dikenalkan dengan angka-angka. Lebih efektif, gunakan balok-balok yang sedang menjadi perhatiannya sebagai media. Demikian pula dengan anak yang sedang sedih, marah, murung, atau kesal, atasi dulu permasalahannya, baru kemudian memperkenalkannya.
Pada anak yang tidak bisa diam, manfaatkan saja aktivitas lari ke sana-sininya itu. “Lihat ada 3 bantal, satu dekat lemari, satu dekat pintu, dan satu dekat teve. Tolong ambilkan bantal itu satu-satu!” misalnya.
Ketika anak berhasil menyerahkan satu bantal, kita bisa mengucapkan, “Hore, kamu dapat satu bantal, dua bantal, tiga bantal.” Dengan begitu, sambil beraktivitas, kita bisa mengenalkannya dengan angka.
MEMFUNGSIKAN KEMAMPUAN
Menurut Nina, pengenalan angka bisa membuat anak lebih cepat menggunakan olah pikirnya. Ketika melihat gelas di atas meja misalnya, dia akan mencoba untuk menghitung. “Olah pikir anak yang lebih cepat diasah, semakin baik untuk kecerdasannya.”
Sekali lagi Nina menekankan, stimulasi yang tepat jauh lebih penting daripada sekadar merasa bangga melihat kemampuan anak mengenali nama-nama angka. Untuk menjadi cerdas, anak butuh stimulasi yang berkelanjutan agar kecerdasannya bisa berkembang dengan maksimal. Bila anak tidak mendapat stimulasi secara baik, mungkin saja kecerdasannya mandek. Sebaliknya, bagi orang tua yang anaknya sama sekali tidak bisa berhitung di usia ini, jangan langsung berkecil hati, sebab setiap anak memiliki kelebihan masing-masing.

0 komentar: